Seluruh atlet yang tergabung dalam nominasi tim Thomas dan tim Uber berkumpul bersama menjalani program latihan khusus, selama dikarantina. Mereka tak hanya berlatih teknik saja, tetapi juga mengikuti program non-teknik. Ini berguna untuk menguji ketahanan mental, kebersamaan dan kekompakan dalam tim.

Christian Hadinata, manajer tim Thomas dan Uber mengakui, bahwa situasi di kota Kudus yang jauh dari hiruk-pikuk, menjadi tempat yang tepat, untuk lebih mempererat lagi para nominasi tim dan membuat mereka lebih tambah kompak. Tujuannya hanya ingin mengerucutkan tim menjadi satu. Satu untuk semua, semua untuk satu.

Sedangkan, menurut Herry I P, pelatih tim ganda putra, di Kudus ini para atlet dapat berlatih lebih fokus dan lebih konsentrasi. Mereka pun makin tambah erat. Bahkan, bagi mereka yang berkeluarga tentunya perlu pengorbanan. Ini semua agar bisa membentuk satu tim yang kuat. Ini menjadi satu momen yang bagus untuk merebut piala Thomas.

Dengan adanya karantina ini, Mohammad Ahsan pun menanggapi positif. Menurutnya, selain bisa fokus berlatih, kebersamaan dan keeratan sesama para nominasi pun terjaga dengan baik. Bahkan mereka lebih dekat lagi, karena mereka sudah menjadi satu keluarga. Ia pun mengakui, untuk sementara ini, istri dan anak ditinggal demi nama negara. “Di waktu senggang, saya gunakan untuk berkomunikasi dengan istri dan anak,” tambah Ahsan.

Selama di karantina, Berry Angriawan pun mengaku, bisa lebih fokus latihanya dan fisik pun lebih bertambah. Stamina makin fit, ia merasa sudah siap membela dan mengharumkan nama negara. Jika memang terpilih menjadi tim inti Thomas nanti. Di sinipun, kebersamaan terjalin makin erat dan kepedulian pun makin terjaga.

“Tentu berbeda, di Kudus bisa lebih konsentrasi. Mau keluar juga tidak bisa. Jadi bisa fokus terus latihannya. Bahkan di sini makin kompak satu sama lain,” sahut Dionysius Hayom Rumbaka.