Terdegradasi dari Pelatnas Cipayung tak membuat Andrei Adista patah semangat. Andrei yang sempat berpasangan dengan Christoper Rusdianto, Gideon Markus Fernaldi dan Didit Juang akhirnya memutuskan untuk meminang pemain ganda senior Hendra Aprida Gunawan. Pilihan Andrei rupaya tak salah. Di akhir tahun 2014, ia dan Hendra Aprida Gunawan berhasil mendekati jajaran pasangan ganda putra papan atas Dunia. Ia pun bertengger di peringkat 24 dunia.
Perjuangan Andrei Adista bersama dengan Hendra Aprida Gunawan tak langsung mulus. Bertanding di kancah internasional di tahun 2014 dengan pasangan baru untuk pertama kalinya pada turnamen Malaysia Open Super Series Premier 2014, justru membuatnya terpuruk di babak pertama kualifikasi.
Percobaan kedua pada kejuaraan India Open Grand Prix 2014 mulai membuahkan hasil. Ia dan Hendra sukses menembus babak perempat final sebelum akhirnya dihentikan oleh pasangan dari India Pranaav Jerry Chopra/Akshay Dewalkar yang menjadi unggulan ke-2.
Rupanya kesuksesan di awal tahun masih memayungi Andrei. Masih di seputar benua Asia, Andrei mulai menapaki babak semifinal. Andrei bersama Hendra sebenarnya mengawali kejuaraan Malaysia Open Grand Prix Gold 2014 dengan berjuang dari babak kualifikasi. Namun siapa sangka jika di babak utama ia mampu menjungkalkan dua pasangan unggulan. Pasangan unggulan ke-4 asal Malaysia Mohd Zakry Abdul Latif/Mohd Fairuzizuan Mohd Tazari langsung dihentikan di babak pertama hanya dalam dua game saja. Di babak perempat final giliran rekanya Bona Septano/Fran Kurniawan di tumbangkan melalui drama rubber game. Andrei dan Hendra terhenti di babak semifinal di tangan sang juara asal Singapura Dany Bawa Chrisnanta/Chayut Triyachart.
China rupanya bukan tempat keberuntungan bagi Andrei. Ia langsung terdampar di babak pertama di kejuaraan China Masters Grand Prix Gold 2014. Adalah pasangan tuan rumah China, Wang Yilv/Zhang Wen yang mengalahkannya di babak pertama. Andrei yang harus memulai dari babak kualifikasi kejuaraan BCA Indonesia Open Super Series Premier 2014 juga terhenti di babak utama. Bermain ketat di babak pertama dengan pasangan China Chai Biao/Hong Wei, Andrei dan Hendra menyerah rubber game.
Gelar perdana bagi Andrei akhirnya tercipta. Ia dan Hendra Aprida Gunawan berhasil menjadi kampiun pada kejuaraan bulutangkis Chinese Taipei Open Grand Prix Gold 2014. Perjuangan Andrei menuju pentas juara di warnai dengan bermain rubber game dari babak pertama. Satu-satunya kemenangan straight game diraih saat menghadapi ganda Jepang Hiroyuki Saeki/Ryota Taohata yang terjadi di babak semifinal. Di babak final, kembali ia harus bermain tiga game untuk bisa menggondol juara dengan mengalahkan andalan China Li Junhui/Liu Yuchen.
Tak perlu berlama-lama, Andrei langsung meraih gelar keduanya. Vietnam menjadi negara kedua yang bersahabat dengannya. Masih dengan Hendra Aprida Gunawan, Andrei sukses membawa pulang gelar juara. Pasangan Jepang Kenta Kazuno/Kazushi Yamada yang menjadi lawannya di babak final, dikalahkan dalam rubber game.
Sayang, Andrei harus tersingkir di babak pertama pada kejuaraan Indonesia Masters Grand Prix Gold 2014. Hal serupa juga ia alami pada kejuaraan Denmark Open Super Series Premier 2014.
Di dua kejuaraan seri Eropa lainnya, hanya di turnamen France Open Super Series 2014 ia mampu berprestasi dengan baik. Di kejuaraan yang menyediakan hadiah total sebesar US$ 275.000,- ia mampu menembus babak semifinal. Ia hanya kalah dari perebut gelar juara Mathias Boe/Carsten Mogensen asal Denmark. Andrei menutup tahun 2014 dengan hanya menembus babak kedua pada kejuaraan Bitburger Badminton Open Grand Prix Gold 2014. (AR)