Bicaranya lantang, ekspresif. Selalu berapi-api jika sedang memaparkan narasi yang ia bawakan di tengah-tengah audience. Ia pun mampu membangkitkan semangat para peserta. Dengan kemampuannya tersebut, ia sering di daulat unguk menjadi mentor pada acara coaching clinic ataupun Mabar yang biasa diadakan oleh PB Djarum. Tiga kali Lius Pongoh bergabung dalam Mabar PB Djarum mulai dari Mabar Yogyakarta, Mabar Bandung hingga Mabar Kudus. Semua acara yang ia jalani tergolong sukses. Berkat keterampilannya, membuat semua peserta coaching clilnic ataupun Mabar mengikuti arahannya. Luis Pongoh, pemain era 80an memang cocok menjadi motivator. Gaya dan cara bicaranya memang terasa pas, menggigit hingga para pendengarnya pun tetap bertahan hinga acara usai.
Semasa ia bermain, ia lebih di kenal sebagai pemain yang mempunyai julukan
“Si Bola Karet”. Dengan tubuhnya yang relatif tidak terlalu tinggi dan cenderung gemuk, ia terkenal sangat ulet dalam menutup lapangan. Kemanapun bola datang ke area lapangannya, selalu bisa ia jangkau.
Atas kegigihannya itu pula ia beberapa kali mampu meraih gelar juara. Ia juga sempat menjadi Juara Indonesia Open di tahun 1984. Padahal di masanya bermain masih ada nama besar seperti Morten Frost Hansen dari Denmark dan Liem Swie King dari Indonesia. Morten Frost Hansen sempat ia kalahkan pada babak perempat final Indonesia Open 1984. Di babak semifinal, ganti Liem Swie King yang ia tundukkan. Gelar juara dapat ia rengkuh dengan menghentikan perjuangan Hastomo Arbi di babak final.
Pria yang lahir pada tangal 3 Desember 1960 ini tak hanya merengkuh gelar juara di dalam negeri. Tapi di luar negeripun, ia berjaya. Swedia menjadi tempat pembuktian bagi karirnya di dunia bulutangkis. Di tahun 1981, gelar juara Swedia terbuka mampu ia genggam. Di Jepang ia sempat menjadi runner up pada tahun 1981. Namanya juga tercatat sebagai semifinalis pada Kejuaraan dunia 1980 dan semifinalis pada All England 1981.
Tak hanya mahir bermain tunggal, ia pun bisa bermain di nomor ganda putra. Bahkan di dua turnamen ia sempat menjadi juara bersama Christian Hadinata. Jepang terbuka di tahun 1981 dan Swedia Terbuka di tahun 1982 membuat namanya tercatat sebagai juara di turnamen tersebut. Tiga kali Lius menjadi anggota tim piala Thomas Indonesia.
Selepas gantung raket, ia tetap aktif mengabdikan dirinya pada dunia bulutangkis. Menjadi pengurus PBSI dan menjabat sebagai ketua bidang pembinaan dan prestasi adalah salah satu kegiatannya. Resmi mundur dari PB PBSI di tahun 2010, ia pun segera bergabung dengan PB Djarum di awal Februari 2011. Di PB Djarum, ia menjabat sebagai administrasi dan Operational Support Coordinator. Cai yoooo Koh Lius. (AR)