Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Dharma Gunadi: Pelatih Ganda Putri yang Sempat Hijrah ke Jerman
07 Februari 2022
Dharma Gunadi: Pelatih Ganda Putri yang Sempat Hijrah ke Jerman
 
 

Dharma Gunadi merupakan salah satu pelatih yang membina para atlet di PB Djarum. Ia bergabung dengan PB Djarum sejak tahun 2017, setelah pulang dari hijrahnya ke Jerman. Saat ini Dharma dipercaya untuk melatih tim ganda putri U-17.

Sejak kecil Dharma sudah memiliki ketertarikan dengan dunia olahraga. Dharma sempat menekuni beberapa bidang olahraga seperti renang dan tenis meja. Ia bahkan sempat masuk klub di kedua cabang olahraga tersebut.

Hingga akhirnya Dharma bertemu dengan salah satu tetangganya, yang kebetulan merupakan pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi. Dari Herry, Dharma diberi masukan untuk menekuni olahraga bulutangkis.

Akhirnya, Dharma pun mencoba dan merasa cocok dengan bulutangkis. PBI Solah merupakan klub bulutangkis yang pertama kali ia ikuti. Setelah berlatih kurang lebih selama tiga tahun di sana, Dharma diajak bergabung oleh Herry di klub binaannya, Tunas Inti. Dari situ Dharma kembali pindah ke klub Tangkas Jakarta dan akhirnya mencoba mendaftar di PB Djarum.

“Saat mendaftar saya merasa takut karena PB Djarum saat itu dan bahkan sampai sekarang merupakan klub yang sangat bagus. Saya takut-takut juga pas daftar dan mikirnya paling nggak diterima. Tapi ternyata dari 1.000 atlet yang diterima hanya 3 atlet, termasuk saya. Rasanya tentu senang banget,” kata Dharma.

Pada awalnya, Dharma bercerita, kedua orangtuanya merasa berat untuk berpisah dengan Dharma. Sebab ia sudah harus pindah ke markas besar PB Djarum di Kudus, pada usia yang masih muda, 15 tahun. Namun demi cita-cita Dharma, orangtuanya melepas dengan ikhlas.

“Sejak di PB Djarum saya harus prestasi. Karena saat itu, atlet yang sudah satu tahun di PB Djarum tapi tidak berprestasi, akan dikeluarkan. Makanya saya berlatih sangat keras,” ujar Dharma.

Kerja kerasnya dalam berlatih pun berbuah manis. Pada kejuaraan pertamanya membela PB Djarum, Dharma berhasil menjadi juara di ganda taruna putra Munadi Cup di Jawa Tengah.

Sejak menjadi juara, Dharma dilihat lebih berpotensi menjadi atlet ganda. Ia kemudian dipilih menjadi tim ganda putra PB Djarum oleh Christian Hadinata. Dari Kudus, Dharma kembali pindah ke Jakarta, tempat latihan tim ganda PB Djarum.

Dharma terus menunjukkan prestasinya. Di Kejuaraan Dunia Junior, Dharma berhasil menjadi runner up. Setelah itu Dharma juga lolos Seleknas Pratama di Pelatnas PBSI.

Tahun 1992 awal, Dharma dihadapkan pada dua pilihan, yaitu Seleknas Utama di Pelatnas atau tawaran untuk bermain di luar negeri, di Jerman. Di usia yang masih muda, Dharma sudah berpikir panjang mengenai masa depannya.

“Saat itu saya bingung. Kalau saya ke Jerman saya bisa sekolah sambil tetap bermain bulutangkis. Kalau di Indonesia, misalnya gagal jadi atlet, saya juga bingung mau jadi apa. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk ke Jerman,” kenang Dharma.

Awal mula hidup di Jerman, Dharma mengaku harus melalui banyak penyesuaian. Sebagai pemain ia dituntut untuk sangat mandiri. Seiring berjalannya waktu, selain menjadi pemain Dharma juga dipercaya menjadi pelatih bulutangkis.

“Di sana saya bukan hanya jadi atlet, sebagai orang Indonesia saya juga dipercaya untuk melatih. Ternyata jadi pelatih nggak mudah juga. Kalau jadi pelatih harus tahu karakter atlet dan membuat mereka benar-benar menyukai bulutangkis,” kata Dharma lagi.

Dharma kemudian mulai menata hidup di Jerman sebagai pemain dan pelatih bulutangkis. Ia juga berkeluarga dan memiliki anak yang lahir di Jerman. Hingga akhirnya saat berlibur ke Indonesia, ia dihadapkan dengan permintaan sang Ayah untuk kembali ke Indonesia.

“Saat liburan ke Indonesia Papi saya ajak ngomong untuk bisa pulang ke Indonesia, menjaga Mami. Nggak lama setelah itu ternyata Papi saya meninggal. Jadi ternyata itu amanah Papi, saya nggak bisa lupa. Saya harus balik ke Indonesia,” ungkap Dharma.

“Pastinya berat untuk istri dan anak-anak saya karena sudah sekian lama hidup di Jerman. Akhirnya saya kontak Pak Yoppy dan Pak Fung untuk bisa kembali ke Indonesia, dan menanyakan peluang untuk bergabung dengan PB Djarum,” lanjut Dharma.

Niat baik Dharma disambut oleh PB Djarum. Dharma akhirnya direkrut menjadi pelatih sejak tahun 2017. Setelah 25 tahun berkarier di Jerman, Dharma akhirnya pulang kampung ke Indonesia dan membina atlet muda PB Djarum. Meski tak mudah, Dharma bertekad untuk menjaga amanah sang Ayah dan kini ia juga berharap untuk bisa terus menciptakan atlet berprestasi di dunia bulutangkis. (NAF)