Kala itu di tahun 1967, pada pertandingan babak final Piala Thomas berlangsung di Istora Senayan Jakarta. Menjadi pertarungan menarik, karena saat itu Indonesia menghadapi tim Malaysia. Adapun negara tersebut baru saja terlibat konflik politik dengan Indonesia dari tahun 1962 hingga 1966.
Dalam pertandingan final tersebut berlangsung selama dua hari. Pada hari pertama, tim Indonesia sementara tertinggal kedudukan 1-3 dari tim Negeri Jiran itu. Namun di hari ke duanya, tim Indonesia mulai bangkit dan berkat didukung oleh antusiasme luar biasa penonton Indonesia yang memadati Istora Senayan hingga penuh sesak.
Indonesia bisa mengejar ketertinggalan menjadi 3-4. Ketika laga kedelapan di partai ganda yang mempertemukan antara pasangan Muljadi/Agus Susanto melawan pasangan peringkat satu dunia Ng Boon Bee/Tan Yee Khan. Kala itu, ganda Indonesia tersebut tertinggal poin 2-10 di game ke dua. Suasana di Istora menjadi krusial dan penonton semakin semangat.
Bahkan teriakan dukungan ke pemain Indonesia hingga lontaran bercampur teror ke pemain Malaysia. Membawa ganda Indonesia itu bisa berbalik unggul dan menang di game dua, 18-13.
Tragedi pun akhirnya terjadi menjelang game tiga akan dipertandingankan. Kala itu turun sosok dari tribun tamu kehormatan bernama Herbert Scheele. Tiba-tiba saja, Scheele meminta pertandingan itu tidak dilanjutkan.
Pria asal Inggris itu hadir sebagai sekretaris kehormatan merangkap wasit honorary IBF menilai situasi saat itu sudah tidak kondusif untuk melanjutkan game ke tiga akibat teriakan para pendukung Indonesia.
Kala itu Scheele melambaikan satu tangan sambil bertolak pinggang memanggil ketua PBSI Padmo Sumasto, perwakilan pemain dan juga manajer tim untuk memutuskan jika pertandingan ditunda dan akan dilanjutkan besok pagi tanpa penonton.
Keputusan itu pun ditolak oleh pihak Indonesia sehingga membuat keputusan akhir diserahkan ke IBF sebagai Federasi Bulutangkis tertinggi dunia kala itu. Dan akhirnya pun IBF memutuskan pertandingan harus dilanjutkan di tempat yang netral di Selandia Baru.
Namun keputusan itu akhirnya tidak dipatuhi oleh pihak Indonesia, dengan tak datang ke Selandia Baru. Akhirnya IBF menyatakan trofi Piala Thomas 1967 jatuh ke tanggan Malaysia dengan skor akhir 6-3.
Sebagai catatan, dengan status terhormat Herbert Scheele di kanca bulutangkis dunia bukan sosok sembarangan. Pasalnya setelah menjadi pemain bulutangkis dan menjadi wakil sekertaris IBF sejak tahun 1983, Scheele lah yang menyusun buku pedoman IBF setebal 400 halaman tanpa bantuan orang lain.
Bahkan usai perang dunia ke dua, bersama rekan-rekannya. Scheele membangun kembali IBF dan Scheele akhirnya dijuluki sebagai Mr. badminton kala itu. (ds)
Sumber foto historia.id