Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Ririn: Mimpi, Tekad dan Kerja Keras
18 Juli 2011
Ririn: Mimpi, Tekad dan Kerja Keras
 
 

Jakarta - Ririn Amelia, namanya kini mungkin sering terdengar atau terbaca oleh anda di beberapa media masa belakangan ini. Prestasinya menyabet gelar juara ganda campuran bersama dengan Lukhi Apri Nugroho di Kejuaraan Junior Asia, serta kucuran bonus deposito yang mengalir ke tabungannya membuatnya menjadi berita diberbagai media masa.

Jauh sebelum bisa mengacungkan medali dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya di Lucknow, India pada awal bulan Juli ini, Ririn tak lebih hanyalah seorang pemimpi dan pengkhayal, begitulah kira-kira yang diutarakan keluarganya saat ia mengungkapkan keinginannya untuk bisa terbang ke Jakarta dan berlatih di Jakarta. Ia bahkan mengancam orang tuanya dengan sebuah ancaman khas anak seusianya, berhenti sekolah atau pindah ke Jakarta.

“Sebagian besar keluarga saya memang tidak mendukung keinginan saya untuk berlatih di Jakarta, mereka berujar jika saya tak akan bisa sampai menjadi pemain nasional atau berprestasi di bulutangkis, itu hanya mimpi kata mereka,” ceritanya mengenang .“

Namun ia bukanlah seorang gadis yang kalah oleh apa yang diungkapkan orang. Sentilan yang begitu sinis, diubahnya menjadi motivasi untuknya dalam berlatih. Dengan ketidaksetujuan hampir seluruh anggota keluarganya kecuali sang ayah, Ririn membulatkan tekad untuk menjadi seorang pebulutangkis dan akhirnya ia pun hijrah ke Jakarta dengan diantar kedua orang tuanya.

“Justru apa yang diungkapkan mereka bahwa saya tidak bisa dan cuma mimpi, membuat tekad saya untuk bermain bulutangkis semakin besar, dan akhirnya orang tua saya pun mengizinkan saya untuk ke Jakarta dengan satu syarat, saya tidak macam-macam dan serius berlatih di ibu kota,” lanjutnya.

Tahun 2008 ia menginjakkan kaki di ibu kota, bergabung dengan salah satu klub besar di Jakarta. Kala itu ia mengakui merasa kikuk dan canggung, apalagi jadi si “anak baru”. Mungkin kepindahannya ke sektor ganda bisa dibilang sebagai sesuatu yang mungkin tidak akan kita duga. Ririn ternyata sempat minder untuk bermain bulutangkis di nomor tunggal, tetapi hal tersebut seperti sudah digariskan. Keinginannya untuk pindah ke sektor ganda dikuatkan oleh pelatihnya kala itu. Pelatih bilang saat drilling, saya malah mirip pemain ganda, dari sana saya pun mulai berlatih coba-coba di nomor ganda.

Keluarga di Padang Ririn sempat mengalami masalah keuangan ketika harus mengirimkan uang untuk biaya hidupnya sehari-hari di Jakarta. Ketika itu, Ririn mendengar dari temannya bahwa PB Djarum tengah kekurangan satu orang pemain dan di PB Djarum biaya hidup atlet ditanggung oleh klub, akhirnya ia mencoba untuk tes.

Gadis ini memang bisa dikategorikan selengean. Dia mengikuti tes untuk masuk PB Djarum itu secara diam-diam. Kasarnya dia “kabur” dari klubnya dan mengikuti tes di PB Djarum, dan akhirnya ia terjerat masalah karena ulahnya itu. Ia pun diancam jadi masuk daftar black list oleh klubnya, namun PB Djarum yang melihat potensi yang dimilikinya senantiasa membantu gadis kelahiran Padang satu hari sebelum natal tahun 1993 itu, dan akhirnya di tahun 2009 Ririn resmi menyandang PB Djarum di dadanya.

Bersama PB Djarum, Ririn pun mulai menunjukkan sinarnya. Di tahun 2010, ia lebih mencolok diantara rekan-rekannya di sektor ganda taruna putri dengan berhasil memecahkan kebuntuan PB Djarum di sektor ini. Bersama dengan Melati Daeva Oktaviani, ia langsung menjadi juara di turnamen pertama mereka dipasangkan, tepatnya bulan Mei di Djarum Sirkuit Nasional (Djarum Sirnas) Jakarta 2010. Setelah sebelumnya ia telah mengoleksi dua gelar juara di nomor ganda campuran taruna.

Melati/RirinSetelah Djarum Sirnas Jakarta, ia menjadi salah satu ganda putri yang diwaspadai. Bersama dengan Melati ia pun terus mengukirkan namanya di podium tertinggi, terakhir ia juara di Bengkulu. Dan menjadi juara bersama Lukhi di turnamen kedua mereka bersama di Djarum Sirnas Jakarta 2011.

“Saya nekat pindah ke Jakarta karena saya punya mimpi untuk menjadi pemain dunia dan menjadi juara dunia, masuk tv dan membuat orang tua saya bangga,” ujarnya sambil terkekeh.

Kini buah dari mimpi yang memunculkan kenekatan dan kebulatan tekad perlahan menunjukkan buahnya. Tak lama setelah juara di Lucknow, India Ririn mendapat kucuran dana Rp 20 juta.

“Ini angka yang besar buat anak seusia saya, ditambah kemarin juga kan bisa menembus babak dua Djarum Indonesia Open ya lumayan lah,” katanya dengan senyum lebar.

Tak ayal, kebanggaan yang ia impikan ia berikan kepada kedua orang tuanya pun mulai terasa. Di jumpa pers saat dirinya mendapat bonus, turut hadir pula kedua orang tuanya yang datang langsung dari Padang.

Kini Ririn tengah menjalani mimpinya, berbekal tekad dan kerja keras ia perlahan meraih mimpi terbesarnya. Namun, rintangan dan halangan pasti akan menghalanginya untuk meraih mimpi-mimpi lainnya, selamat berlatih dan berjuang lebih keras, dan teruslah bermimpi.