Jakarta - Ririn Amelia yang beberapa waktu bersanding bersama Lukhi Apri Nugroho di podium tertinggi Kejuaraan Asia Junior di Lucknow, India, ternyata sudah memasuki tahun ketiga berbulan Ramadhan jauh dari rumah. Hal ini tentu saja sedikit besar berpengaruh bagi atlet yang lahir pada tahun 1993 ini.
“Dulu kalau dirumah kan enak, sahur atau buka puasa sudah ada yang menyiapkan. Dan bisa berkumpul dengan keluarga, berbeda dengan di asrama,” ujarnya.
Kini jika sahur tiba ia harus mencari makanannya sendiri. Ia pun berujar sangat terbantu dengan warung-warung yang buka saat sahur di sekitar asrama PB Djarum di Petamburan. Dengan adanya warung-warung tersebut, ia merasa sangat terbantu kala ia ingin bersahur. Tapi Ramadhan tahun ini, Ririn belum sempat menjalankan ibadah puasa. Ia harus rela tidak berpuasa karena terkait dengan siklus bulanan wanita.
“Iya, tahun ini belum sempat puasa, karena kemarin sepulang dari Singapura (31/7), biasalah, siklus bulanan,” ujarnya sambil terkekeh.
Ia sendiri mengakui, jika sahur ia biasanya memasang alarm sendiri. Kadang ia juga dibangunkan oleh orang tuanya melalui telpon. Dengan berada di asrama, ia merasa memiliki keluarga kedua dimana ia bersahur bersama mereka.
Ririn pun menyadari konsekuensi yang dijalaninya ini, sebagai atlet harus tetap berlatih untuk menjaga kebugaran. Ririn mengaku kerap tak bisa berpuasa hingga Adzan Maghrib menjelang. Kendati demikian, Ririn bercerita bahwa dirinya selalu berupaya untuk berpuasa, meski latihan yang berat itu harus dijalaninya.
“Meski sering tak sampai Maghrib, tapi saya selalu berusaha untuk berpuasa terlebih dahulu, batal atau tidak itu giliran nanti, karena kan latihan, jam dan waktunya tetap sama seperti biasanya,” paparnya.
Jika berhasil berpuasa hingga matahari terbenam, Ririn berujar ia akan memburu minuman-minuman manis. Ia akan mencari kolak pisang kesukaannya, atau jika memang tidak ada waktu dan sudah saatnya buka puasa maka es teh manis pun jadi.
Tapi satu hal yang kini ia sangat rindukan di bulan Ramadhan bahwa ia sangat merindukan suasana berpuasa di rumah.
“Bisa puasa sama temen-temen lain di asrama, tapi tetap saja rasanya berbeda. Ingin sekali rasanya berpuasa di rumah, makan masakan mama yang nggak ada duanya, pokoknya kalau puasa jauh dari rumah ya beda rasanya,” pungkasnya.