Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Rosyita Rindu Dengan Suasana Asrama di PB Djarum
27 Mei 2014
Rosyita Rindu Dengan Suasana Asrama di PB Djarum
 
 

Berawal dari diajak oleh sang ayah, setiap hari bermain bulutangkis. Atlet kelahiran kota Sleman, Yogyakarta ini pun malah tambah menyukai olahraga memukul bola yang berbahan dasar bulu angsa ini. Di usia kurang lebih 7 tahun, dia pun langsung mendaftarkan dirinya di salah satu klub bulutangkis di kota kelahirannya. Namun, menjelang usia 15 tahun, atlet yang mempunyai nama lenkap Rosyita Eka Putri Sari ini pun akhirnya bergabung dengan klub PB Djarum di tahun 2011.

Rosyita atau biasa disapa oleh teman-temannya dengan pangilan Inem ini, mengaku bahwa dirinya merasa senang dan bangga bisa masuk ke salah satu klub terbesar di Indonesia. Ia pun berharap di klub PB Djarum ini bisa mempersembahkan gelar juara dan bisa mengukir namanya di dalam sejarah bulutangkis Indonesia. Bahkan, bisa seperti senior-senior PB Djarum yang bisa mengharumkan nama bangsa. Masuk klub PB Djarum, Inem harus mau hijrah ke kota Jakarta dan harus mau tinggal di dalam asrama.

“Mula-mula sih, sempat tidak betah karena jauh dari teman, keluarga dan orang tua. Butuh waktu untuk beradaptasi. Lagi pula di asrama PB Djarum juga banyak teman dan satu penderitaan pula. Lama-lama makin betah dan akrab dengan mereka. Masih ada rasa kangen dengan orang tua, kalau saya sedang sendiri atau sedang sedih sih,” ungkap pemain ganda putri ini.

Di tahun 2013, ia harus meninggalkan asrama PB Djarum yang telah dihuninya selama 2 tahun. Dengan berat hati dan ingin mengejar mimpinya. Ia pun masuk asrama Pelatnas PBSI di Cipayung. Walaupun rasa senang dan bangga, ia tetap harus beradaptasi dengan lingkungan Pelatnas.

Menurutnya, perlu tiga sampai empat bulan untuk merasa betah di Cipayung. Bahkan, ia mengalami demam dan sakit diawal masuk asrama Pelatnas. Ini disebabkan karena rasa kangen dan rindu akan suasana di asrama PB Djarum.

“Kangen dan rindu itu, karena di asrama PB Djarum, kami sekamar empat orang. Kami sering curhat dan bercanda bersama teman-teman lain. Bahkan kalau mau makan, mau belanja dan jalan-jalan pun kami sering beramai-ramai. Kekeluargaan dan kebersamaan lebih terjaga di PB Djarum. Tapi setelah empat bulan di asrama Pelatnas, saya sudah merasa kerasan dan nyaman. Walaupun suasana masih kurang bersahaja. Di asrama Pelatnas, kita cuma bisa berkumpul hanya dua sampai empat orang saja. Jarang sekali berkumpul beramai-ramai,” jelas putri kelahiran tahun 1996 ini.

Ia pun mengaku di asrama Pelatnas dirinya menjadi lebih disiplin dan lebih bisa mematuhi peraturan. Menurutnya, penghuni dan atlet-atlet di asrama Pelatnas lebih dewasa dan lebih mandiri. Jadi tidak ada toleransi jika melakukan kesalahan. “Makanya jika sedang keluar dan terkena macet di jalan, saya takut datang telat ke asrama Pelatnas. Kalau telat sering kali dicatat dan diumunkan dihadapan teman-teman sewaktu Upacara,” tambahnya. (DS)