Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Perjuangan Alan Budi Kusuma Meraih Emas Olimpiade
11 Juni 2020
Perjuangan Alan Budi Kusuma Meraih Emas Olimpiade
 
 

Pastinya para pencinta bulu tangkis masih mengingat, salah satu wakil Indonesia yang sukses mendulang medali emas kala event terbesar dunia di Olimpiade Barcelona tahun 1992 silam. Ya, dia adalah legenda bulu tangkis tunggal putra besutan PB Djarum Alan Budi Kusuma.

Seperti dilansir oleh badmintonindonesia.org, Alan menceritakan perjuangannya menuju podium tertinggi dalam pesta olahraga empat tahunan di dunia itu. Kata Alan, waktu itu dirinya harus bersaing dengan empat tunggal putra demi memperoleh satu tiket ke Olimpiade Barcelona.

Kala itu, Alan harus bersaing dengan ke empat rekannya yaitu Joko Suprianto, Ardy B Wiranata, Hermawan Susanto dan Haryanto Arbi. Ada pun persiangan itu dilakukan secara ketat dan terbuka untuk memperebutkan tiga tiket Olimpiade.

"Tepatnya dibulan Mei 1991 dan pada saat itu jika dalam delapan besar masuk rangking dunia, bisa tiga pemain ikut Olimpiade. Tapi kalau tidak delapan besar hanya mengirim dua. Akhirnya saat itu yang lolos ada tiga saya, Ardy dan Hermawan." tutur Alan.

Sebelum akhirnya terpilih, Alan mengakui kalau dirinya sempat mengalami penurunan performa yang cukup signifikan. Awalnya dari performa buruk pada piala Thomas 1992. Alan tak mampu bermain cukup baik lantaran tak bisa menyumbangkan poin untuk Indonesia.

"Memang waktu bulan Mei 1992 keadaan saya kurang baik. Performa saya berada di titik paling bawah, jadi itu yang membuat saya syok, kok begini ya. Padahal Olimpiade sudah dekat. Di piala Thomas Indonesia kalah dari Malaysia. Saya yang saat itu diharapkan menyumbang poin, malah kalah," ucap Alan.

"Saya sampai hari ini juga masih bingung. Kenapa penampilan saya bisa sejelek itu. Ada yang cerita itu ada hal-hal non teknis, tetapi saya pikir kalah ya kalah. Kepercayaan diri saya menurun terus, padahal Olimpiade tinggal dua bulan," lanjutnya.

Untuk bisa mengembalikan performanya yang mengalami penurunan, Alan tetap berlatih dengan giat. Alan pun juga rela melakukan latihan tambahan demi bisa tampil seperti semula.

"Saya merasa itu yang membantu saya tampil lebih baik lagi. Dulu beda dengan di Pelatnas saat itu. Kami latihan di Senayan, begitu selesai latihanĀ  lapangannya disewakan ke orang jadi nggak bisa bebas pakai lapangan, latihan seenaknya. Jadi kalau perlu tambahan apa-apa, saya latihan di luar nyewa lapangan sendiri, "beber Alan.

"Memang saya merasa persiapan Olimpiade waktu itu adalah yang paling the best. Saya merasa sebelum berangkat akhirnya bisa betul-betul yakin. Dari ketidakyakinan dengan persiapan yang saya rasa mencapai 99 persen, akhirnya saya bisa maksimal dan yakin. Dari segi teknik, fisik dan percaya diri," tambahnya.

Hingga akhirnya, Alan behasil merebut medali emas setelah di babak final Olimpiade Barcelona 1992 mengalahkan rekan satu negaranya Ardy engann dua game langsung, 15-12 dan 18-13.

"Sama sekali saya nggak menyangka bisa menang. Blank dan tidak ada firasat apa-apa. Yang pasti saya hanya berjalan, meyelesaikan perjalanan saya satu persatu di Olimpiade itu," tutur Alan.

"Benar-benar saya tidak pernah berpikir bisa jalan sejauh itu. Setiap babak, habis menang, saya baru lihat, oh ini lawan besok. Ya sudah dihadapi lagi. Saya tidak terlalu berangan-angan dan itu mungkin yang membuat saya jadi lebih tenang. Jadi step by step saja dan tidak pernah meremehkan lawan," tandas Alan. (ds)