Usai bertanding di negeri matahari terbit, Jepang, Bandar Sigit Pamungkas atau yang biasa di sapa dengan Sigit, mendapat jatah libur selama sepuluh hari. Kontan saja ia langsung memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya yang ada di Banjarnegara. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah yang berbatasan dengan Pekalongan, Wonosobo, Kebumen, Banyumas dan Purbalingga. Disinilah orang tua beserta keluarga besarnya tinggal.
Sigit yang mendapat kesempatan mengunjungi Jepang untuk latih tanding dan Coaching Clinic, tak ingin melewatkan rutinitas di setiap lebaran di kampung halamannya. Di kampung halamannya, di setiap malam takbiran mempunyai tradisi yang unik. Umumnya para pemuda pemudi di kampungnya pada malam takbiran semuanya berkumpul dan berkeliling kampung secara bersama-sama untuk mengumandangkan takbir. Setiap masing-masing pemuda membawa satu batang obor yang di gunakan sebagai penerang jalan, termasuk Sigit. Ia sengaja membuat sendiri obor yang akan dibawanya.
“Obor yang saya bawa, saya buat sendiri,” ujarnya bangga. Semua peserta biasanya akan berkumpul sekitar pukul 21.00 di halaman masjid. Selanjutnya semuanya akan bergerak mengelilingi kampung hingga menjelang tengah malam. Jadi hampir selama 3 jam, seluruh pemuda pemudi di kampungnya bergerak mengelilingi kampung sambil mengumandangkan takbir.
“Momen ini yang selalu saya tunggu-tunggu di setiap lebaran,” kenangnya.
Sigit yang kelelahan setelah berkeliling kampung bersama teman-temannya langsung memejamkan mata begitu sampai ke rumah. Rasa lelah dan mengantuk ini lah yang memaksanya bangun lebih siang pada saat hari raya. Kontan saja ia pun terburu-buru mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat Ied.
“Kesiangan, soalnya semalam takbiran kelilingnya sampai lewat jam dua belas malam,” alasannya. Buntutnya, ia pun terpaksa harus mengelar tikar di halaman mesjid agar ia tetap bisa melaksanakan ibadah Shalat Ied.
“Saya ga di bangunkan, jadinya kesiangan, terpaksa menggelar tikar sendiri di halaman masjid, karena sudah ga kebagian di dalam masjid,” pungkasnya. Meski ia sholat di halaman masjid dengan yang lainnya.
Tradisi lainnya yang biasa di lakukan pada saat Lebaran adalah sungkeman. Usai melaksanakan sholat Ied, seluruh keluarganya berkumpul untuk melakukan ritual ini. Hanya saja ada satu kebiasaan yang kini sudah tidak bisa ia dapatkan lagi sebagaimana ia masih kanak-kanak dulu. Ia yang kini sudah menjadi pria dewasa tak akan pernah lagi mendapat hadiah lebaran.
“Saya sudah tidak dapat lagi, malah sekarang saya ngasih nih,” ujarnya seraya tertawa. Ia yang telah memiliki keponakan inipun mau tak mau harus membagi hadiah lebaran kepada para keponakannya. Lontong Opor ayam dan soto menjadi makanan wajib di daerahnya di setiap lebaran. Makanan ini juga yang selalu di nantikan oleh Sigit di setiap lebaran.
Rumah si mbah (demikian ia biasa memanggil kakek/neneknya) menjadi tempat tujuan kumpul keluarga besarnya di setiap lebaran, Keluarganya yang berada di Bandung pun biasanya selalu datang ikut meramaikan. Ada satu hari yang ia tunggu-tunggu setelah lebaran. Sigit masih harus bersabar menunggu saat ia akan bertemu dengan pujaan hatinya. Seperti yang lain, sang pacar juga masih harus menjalani rangkaian acara lebaran dengan keluarganya. Makanya ia berencana akan mengunjungi keluarga dari kekasihnya pada hari Rabu (22/8). Selain melepas rasa rindu, juga sekalian menjadi ajang silaturahmi. Selamat Lebaran Sigit. (AR)