
Atlet kebanggaan Indonesia besutan PB Djarum Tontowi Ahmad yang berpasangan dengan Liliyana Natsir, akhirnya harus angkat koper dari ajang bergengsi BWF World Superseries Finals 2013. Mereka menelan tiga kali kekalahan usai kalah dari Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dalam dua game langsung 19-21, dan 12-21.
“Kami memang sudah tidak mungkin untuk lolos ke semifinal, jadi di pertandingan tadi kami coba untuk lebih mengetahui lagi bagaimana permainan ganda Denmark ini. Karena bisa dibilang mereka salah satu musuh bebuyutan kami,” ujar Liliyana usai laga.
Performa pasangan yang biasa disapa Owi/Butet ini memang cukup mengejutkan. Di laga pertama saat mereka bersua dengan Sudket Prapakamol/Saralee Thoungtongkham, mereka berhasil mendominasi laga tapi sayang mereka justru kalah 21-9, 19-21 dan 24-26.
“Mungkin di turnamen ini titiknya ya di pertandingan pertama. Saat melawan Sudket/Saralee harusnya kita bisa menang, tapi kalau dari saya justru saat lawan mengejar saya mulai tidak fokus. Sebagai pemain perempuan di ganda campuran kan harusnya bisa jadi play makernya, tapi saya malah mainnya jadi berantakan, karena kalau lawan dua ganda lainnya kami memang selalu rame,” lanjutnya.
“Kami juga manusia biasa, meskipun kami mentargetkan juara, tentu kami memiliki titik-titik dimana kami tidak maksimal, tapi kalau bisa saya bilang ini tahun terbaik saya juga Owi, karena di tahun ini gelar-gelar penting berhasil kita menangkan. Saya dan Owi bisa juara All England dan juara dunia di tahun yang sama, sebelumnya saya juga tidak pernah dapat hal ini,” tambahnya.
Disisi lain, Owi sendiri membawa pulang pekerjaan rumah untuk ia perbaiki di kemudian hari. “Hasil dari sini mungkin saya masih harus memperbaiki fokus dan teknik saya. Karena dari beberapa pertemuan kemarin, saya masih sering kehilangan fokus dilapangan malah sering mengandalkan otot,” katanya.
Hal serupa pun dituturkan oleh Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rexy Mainaky. Ia mengutarakan bahwa titik kegagal Owi/Butet ada di laga perdana mereka. “Penampilan mereka saat lawan Thailand sangat baik, tapi justru malah gagal. Owi beberapa kali membuat kesalahan, dia jadi tidak sabar dan terburu-buru. Bermain tidak taktis, dan hanya mengandalkan otot. Ini yang harus di evaluasi kedepannya,” tutur Rexy.
Ini merupakan kali ketiga pasangan Owi/Butet berlaga di turnamen yang kali ini menawarkan US$ 500.000, dan ketiga kalinya pula mereka harus pulang lebih awal.
“Penasaran untuk juara disini pasti ada. Karena kami tiga kali bermain disini dan tidak pernah bisa lolos ke semifinal. Kami akan coba lagi tahun depan,” ujar Tontowi. (IR)