Menyebut namanya, pecinta bulutangkis tanah air bisa langsung menyebut julukan baginya. Liem Swie King adalah sang pemilik “King Smash”, smash yang pada masanya menjadi senjata yang mematikan dan ditakuti oleh lawan-lawannya.
Liem Swie King atau publik biasa menyapanya dengan panggilan King memiliki prestasi yang membanggakan. Namanya gemerlap seiring dengan berbagai gelar juara yang telah direngkuhnya. Tercatat tiga kali King menorehkan tinta emas pada kejuaraan besar seperti All England.
King membawa pulang gelar All England sebanyak tiga kali. Pertama kali ia juara All England pada tahun 1978. Namanya kembali mencuat sejak ia mempertahankan gelarnya di tahun 1979. Untuk ketiga kalinya King menjadi kampiun di All England pada tahun 1981. Perjalanannya di All England tidak semulus impiannya. Kegagalan pernah ia rasakan pada kejuaraan bulutangkis tertua sedunia. King sempat memperoleh hasil runner up pada tahun 1976, 1977, 1980 dan 1964.
Dari kejuaraan dalam negeri seperti Indonesia Open, King juga sempat menjadi juara. Tepatnya di tahun 1983, King menjadi kampiun di kejuaraan terbesar di tanah air. Tercatat, ia juga membukukkan prestasi juara di kejuaraan Swedia Open 1975 dan 1977, Denmark Open 1977, London Master 1980, Malaysia Open 1983. Iapun sempat berjaya di kejuaraan multi event seperti Asian Games. Pada tahun 1978, King mempersembahkan medali emas bagi kontingen Indonesia.
Prestasi King tidak hanya dari nomor tunggal putra saja. Iapun bisa berprestasi baik di ganda putra. King mampu menjadi juara ganda putra dengan tiga pasangan yang berbeda. Bersama Kartono, ia meraih gelar di kejuaraan Invitasi Piala Dunia 1984, Indonesia terbuka 1986. Hasil berduet dengan Bobby Ertanto, King membawa pulang gelar juara Invitasi Piala Dunia 1986 serta medali perunggu Asian Games 1986. Gelar lainnya seperti Indonesia Open 1987 dan Jepang Open 1987 ia persembahkan bersama Eddy Hartono.
Liem Swie King juga menjadi bagian dalam sejarah perjalanan bulutangkis Indonesia di ajang Piala Thomas. King dan kawan-kawan sukses mengamankan Piala Tomas sebanyak tiga kali di tahun 1976, 1979 dan 1984.
Bisa dibilang, King merupakan generasi pertama dari klub PB Djarum. King diajak bergabung oleh Robert Budi Hartono yang merupakan keluarga pemilik perusahaan rokok Djarum. Perkenalannya terjadi saat ia kalah dan menangis di kejuaraan bulutangkis se-kabupaten Kudus. Ketika itulah ia diajak langsung oleh Robert Budi Hartono. (AR).