Empat puluh dua tahun lamanya Christian Hadinata, sang Begawan, mengabdi pada nama besar Djarum. Koh Chris, demikian ia biasa dipanggil, lebih memilih kata “Pensiun” dibandingkan dengan “Pengunduran diri”. Karena baginya, bulutangkis tidak pernah bisa hilang dari nafasnya.
“Bukan mundur ya, tapi memang sudah waktunya pensiun,” tuturnya.
Tepat seusai Kejuaraan Dunia tahun 1980 di Jakarta, Koh Chris bergabung dengan klub yang besar di kota Kudus, Jawa Tengah. Dengan rentang waktu yang demikian panjang, ia merasa akan ada sesuatu yang hilang dari dirinya.
“Ada rasa sedih. Ada sesuatu yang hilang dari saya,” ujarnya. “Betah banget di Djarum. Hubungan kekeluargaanya itu yang bakal bikin saya kangen. Bukan cuma di PB Djarum aja, tapi di Djarum Foundation juga. Walau tetap ada perbedaan, tetapi rasa kekeluargaanya begitu tinggi,” kenangnya.
Selama berkarir di dunia bulutangkis, berbagai gelar sudah ia raih. Gelar yang paling fenomenal yang tidak akan pernah bisa dilupakan adalah saat ia menjadi juara All England pada tahun 1972. Kala itu, Christian yang berpasangan dengan Ade Chandra, datang ke Wembley Arena, London, Inggis, dipandang sebelah mata.
“Main pertama kali di All England sama Ade Chandra. Satu-satunya pasangan ganda putra yang berangkat ke All England,” tuturnya. “Berangkat dengan biaya dari para donatur, dipandang sebelah mata, tetapi malah bisa jadi juara,” sambungnya.
Momen lain yang tidak bisa ia lupakan adalah saat perhelatan Kejuaran Dunia di Jakarta pada tahun 1980. Christian mampu meraih dua gelar sekaligus. “Waktu itu juara di ganda putra bersama Ade Chandra dan ganda campuran sama Imelda Wiguna,” katanya.
Lepas dari menjadi atlet, Koh Chris terjun sebagai pelatih. Baginya, menjadi kebanggaan tersendiri melihat anak didiknya muncul sebagai juara. “Bangga banget kalo liat anak-anak ada yang jadi juara, apalagi dari kejuaraan besar seperti All England, Kejuaraan dunia, Asian Games, Olimpiade,” ucapnya.
Hari ini (30/11), Koh Chris sudah hampir mendapatkan gelar Purnawirawan. Di depan rekan sejawatnya seperti Rudy Hartono, Tan Joe Hok dan para mantan juara Indonesia macam Susy Susanti, Alan Budi Kusuma, Hariyanto Arbi, Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, dan lainnya, Koh Chris menghabiskan sisa Masa Persiapan Pensiun yang akan berakhir dalam hitungan hari.
Ia menaruh harapan besar kepada Juara Olimpiade Rio 2016 Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir agar bisa membagikan pengalaman-pengalamannya.
“Saya berharap Owi/Butet bisa menurunkan ilmunya khususnya di sektor ganda campuran, apa kiat dan pengalaman mereka saat jadi juara. Juga sharing ilmu, sikap dan pola pikir agar bisa menjadi juara," tambahnya.
Tidak hanya kepada Owi/Butet, Koh Chris juga berpesan kepada para pencinta bulutangkis Indonesia agar selalu mendukung para atlet Indonesia dalam kondisi apa pun.
“Selalu mendukung bulutangkis Indonesia, PB Djarum khususnya, yang sudah luar biasa mendedikasikan segala-galanya untuk bulutangkis Indonesia,” ungkapnya.
Hariyanto Arbi, pemilik smash 100 watt menuturkan rasa hormatnya kepada sang Maestro. Juara All England 1993, 1994 asal Indonesia ini selalu ingat sikap disipilin yang Koh Chris ajarkan kepada dirinya.
“Legend, panutan di PB Djarum dari awal main badminton sampai masuk pelatnas. Walaupun saya main di tunggal, Koh Chris ngelatih di ganda, disiplin yang Koh Chris ajarkan tidak akan pernah bisa lupa,” tuturnya.
“Disiplin banget, kalo latihan Koh Chris selalu datang duluan. Dalam event apa pun, beliau selalu datang duluan. Tidak pernah telat,” sambungnya.
“Untuk Koh Chris, tetap happy, tetap semangat dalam hal apa pun. Tetap seperti Koh Chris yang dulu,” ungkapnya.
Bagi Koh Chris, pensiun bukan akhir dari segalanya. Senyum ramahnya masih akan tetap terlihat di lapangan bulutangkis, PB Djarum di Petamburan, Jakarta Barat.
“Paling menemani anak-anak latihan di Petamburan,” pungkasnya.
Terima Kasih Koh Chris. (AR)