Tentunya Anda tahu tentang peringkat dunia Badminton World Federation (BWF). Tetapi tahukah Anda bagaimana peringkat tersebut diitung dan didaftarkan? Ambillah contoh Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir yang tiba-tiba berada di peringkat dua dunia, lalu tergeser ke empat dunia, dan naik lagi ke tiga dunia hanya dalam waktu satu bulan. Apa yang terjadi sebenarnya?
Yang Masuk Hitungan
* Turnamen yang memiliki skor untuk peringkat dunia adalah turnamen yang terdaftar di BWF, baik itu turnamen individu maupun beregu. Yang tidak termasuk hitungan adalah turnamen non-BWF dan kejuaraan yunior.
* Atlet/pasangan baru akan muncul di daftar peringkat dunia setelah mengikuti setidaknya dua turnamen BWF sesuai yang tersebut di atas, dalam waktu 52 minggu terakhir.
* Turnamen yang masuk hitungan dalam peringkat dunia terakhir adalah maksimum 10 turnamen yang diikuti oleh atlet/pasangan dalam 52 minggu terakhir. Jika mengikuti lebih dari 10 turnamen dalam rentang waktu tersebut, maka hanya 10 turnamen dengan nilai tertinggi yang diperhitungkan.
Jadi, jangan kaget jika terkadang peringkat atlet-atlet kita naik-turun dalam sekejap. Hal tersebut bisa terjadi jika poin terhitung yang mereka hasilkan di tahun sebelumnya terpotong waktu berjalan (sudah diluar 52 minggu terakhir), dan “pengganti” poin tersebut tidak setinggi yang sebelumnya.
Aturan Bye dan Wild Card
Jika atlet/pasangan mendapat bye di babak pertama dan kalah di babak kedua, maka mereka akan dianggap sebagai wakil yang kalah di babak pertama. Tetapi jika mereka mendapat bye di babak pertama, menang di babak kedua, lalu kalah di babak ketiga, maka mereka dianggap sebagai wakil yang kalah di babak ketiga.
Bermain dengan Turnamen yang Ada untuk Hasilkan Poin Lebih
Semakin tinggi level suatu turnamen, poin yang didapat juga semakin tinggi. Contohnya, juara di turnamen kelas International Challenge (4.000 poin) mendapat nilai yang kurang lebih setara dengan wakil yang gugur di babak 16 besar turnamen Super Series (3.600 poin). Tetapi, tentunya para atlet juga harus melihat kemampuannya masing-masing. Jika tergolong masih “hijau,” tentunya tidak akan langsung mengikuti turnamen Super Series karena selain iklim kompetisinya kurang tepat, peringkat dunianya pun belum tentu memadai untuk masuk ke turnamen tersebut.
Sering berpartisipasi juga akan meningkatkan nilai peringkat karena jumlah poin yang dikumpulkan dari 10 turnamen umumnya lebih tinggi daripada jika hanya mengikuti enam turnamen. Dan mengikuti lebih dari 10 turnamen memungkinkan perolehan nilai peringkat yang lebih tinggi lagi karena hanya akan diambil dari 10 nilai terbaik.
Jadi, bisa dikatakan fluktuasi peringkat dalam waktu singkat tidak dapat disinggung sebagai pencapaian/penurunan prestasi. Tetapi gambaran tersebut bisa dilihat jika membandingkan peringkat dalam tempo yang lebih jauh misalnya, dalam waktu enam bulan atau 1-2 tahun terakhir.
Itulah sedikit rahasia dapur di balik perhitungan peringkat dunia BWF. (DC)