Jakarta - Bulan Juni lalu, salah satu kejuaraan terakbar bulutangkis dunia digelar di Istora, Senaya Jakarta. Gelaran yang berlabel Premier Super Series itu pun menjadi pengikat dan magnet luar biasa bagi para atlet dunia untuk tampil, serta perhatian para pecinta bulutangkis dimanapun mereka berada.
Dengan hadirnya hampir seluruh pemain papan atas dunia, di Istora kita pun disajikan dengan tontonan-tontonan pertarungan kelas dunia. Kejuaraan bertajuk Djarum Indonesia Open (DIO) Premier Super Series ini pun bisa dibilang sebagai “simulasi” kejuaraan dunia, dan memang betul. Mereka yang berhasil menjadi juara di Istora, juga berhasil menuai sukses di Kejuaraan Dunia, London pekan lalu, kecuali “Datuk” Lee Chong Wei, yang gagal ditangan pebulutangkis China, Lin “Super” Dan di final.
Meski Kejuaraan Dunia sempat memunculkan berbagai kejutan, dan nama-nama asing di dalam perjalanan menuju podiumnya. Tetapi ternyata, di partai puncak China yang menempati enam dari 10 tempat tersedia, akhirnya mampu menyapu bersih gelar juara.
Keempat partai baik di DIO maupun di Kejuaraan Dunia, adalah juara yang sama. Ada Wang Xiaoli/Yu Yang jadi kampiun di nomor ganda putri, ada Wang Yihan yang membuat gerakan come back yang sangat manis baik di Jakarta maupun di London.
Sedangkan Zhang Nan/Zhao Yunlei tak menjadi korban si pasangan gado-gado pembunuh para unggulan, Chris Adcock/Imogen Bankier. Sedangkan di ganda putra, Cai Yun/Fu Haifeng seakan tak punya lawan yang berarti, mereka memupus harapan pasangan Korea, Lee Yong Dae/Jung Jae Sung di semifinal, dan mengalahkan Ko Sung Hyun/Yoo Yeong Seong di final.
Perbedaan hanya terjadi di nomor tunggal putra, Lin Dan yang mengaku tidak fit harus tersingkir di tangan Sho Sasaki di Jakarta, tetapi ia masih mampu membuktikan sebagai raja olahraga tepok bulu ini. Ia menghapus ambisi dari Lee Chong Wei asal Malaysia yang memang belum pernah mencicipi gelar juara dunia.
Terlepas dari China yang berhasil menyapu bersih gelar juara di London, dan apa yang terjadi di dua turnamen akbar. Bisakah kita membuat DIO 2012 sebagai bayangan atau simulasi Olimpiade London? Mungkinkan setiap mereka yang berjaya di Istora, akan menjadi peraih medali emas bagi negaranya di pesta olah raga terakbar di bumi ini?
Kita tunggu tahun depan.