Jika berbicara kesuksesan PB Djarum bisa terus melahirkan pebulutangkis handal, tentu tak lepas dari peran para pelatih yang sangat kompeten di bidangnya. Salah satunya pelatih senior yang ada di PB Djarum adalah Antonius Budi Ariantho. Saat ini Anton, begitu sapaan akrabnya, menjadi pelatih sektor ganda putra. Di balik kesuksesannya, beliau melahirkan atlet-atlet muda berbakat seperti pasangan juara WJC 2019 Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Legenda bulutangkis asal binaan PB Djarum ini bernama Luluk Hadiaynto. Beliau kelahiran asal Blora tahun 1979. Sejak aktif menjadi atlet bulutangkis, Luluk yang turun di sektor ganda putra pernah merasakan berada di posisi peringkat satu dunia pada tahun 2004.
Mantan pemain bulutangkis tunggal putri kelahiran Semarang tahun 1973 ini, sudah tak asing bagi para pencinta olahraga tepok bulu. Wajahnya sering kali menghiasi layar kaca di kala stasiun televisi menyiarkan secara langsung pertandingan bulutangkis.
Kisah prestasi Maria Kristin di dunia bulutangkis begitu berliku. Jatuh bangun pemain yang namanya biasa disingkat dengan MKY ini sangat kental. Tidak jarang ia hampir terkena degradasi, baik dari klubnya PB Djarum maupun dari Pelatnas. Rupanya, di sinilah mental juara seorang Maria Kristin Yulianti terbentuk. Ia tetap bisa berdiri tegar, bahkan mencapai prestasi tertinggi di Olimpiade Beijing 2008.
Nama Budi Santoso beredar sebagai pemain bulutangkis nasional di era akhir tahun 1990 sampai awal tahun 2000. Budi Santoso terbilang sangat muda bergabung dengan PB Djarum. Tepatnya pada usia 7 tahun, Budi Santoso mengawali kiprahnya pada klub yang besar di kota Kudus.
Banyak yang menyebut jika Hariyanto Arbi merupakan titisan dari Liem Swie King. Bagaimana tidak, keduanya memiliki senjata pamungkas berupa smash loncat dan sama-sama keras. Hanya saja bedanya, Liem Swie King mengambil sikap mundur beberapa jarak baru loncat sementara Hariyanto Arbi, langsung meloncat tanpa harus mundur.
