Jakarta - Sempat membuka asa untuk bisa meraih emas, tim beregu putri Indonesia akhirnya harus puas dengan perak. Hal ini terjadi setelah Indonesia menyerah 1-3 atas Thailand di partai final yang berlangsung kemarin (14/11).
Di pertarungan pertama, Lindaweni Fanetri gagal mengatasi tunggal unggulan Thailand, Porntip Buraprasertsuk. Setelah mencuri game pertama dengan 21-17, Linda gagal mengimbangi permainan Porntip terlebih lagi ia sempat terjatuh di game pertama dan mendapat perawatan medis. Ia kalah 11-21 dan 16-21.
Asa Indonesia untuk mengumandangkan Indonesia Raya di Istora sempat kembali terbuka, setelah Anneke Fenya Agustine/Nitya Krishinda Maheswari menang dua game langsung atas Duanganong Aroonkesorn/Kunchala Voravichitchaikul dengan 22-20 dan 21-9. Angka imbang 1-1.
Adrianti Firdasari pun memberikan perlawanan ketat kepada Ratchanok Inthanon. Setelah tertinggal 12-21 di game pertama, Firda berhasil mencuri game kedua dengan 21-19. Kejar mengejar angka di game ketiga pun tak bisa dihindarkan, Firda sempat terus memimpin di paruh awal 11-10, sayang mendekati akhir pertandingan Firda beberapa kali gagal menyeberangkan bola, 18-20. Ia pun bersorak saat Ratchanok gagal mengembalikan shuttlecock, 19-20. Istora pun bergetar, sayang smash Firda ke kanan juara dunia junior tiga kali itu terlalu melebar, ia kalah 19-21.
Sempat menggantungkan asa di ganda kedua, dimana hal ini dipercayakan kepada Vita Marissa yang kembali diduetkan dengan Liliyana Natsir. Pasangan ini pun menjawab kepercayaan itu dengan unggul 21-19 di game pertama. Bahkan di game kedua sempat unggul 12-10, tetapi unforced error yang dilakukan membuat mereka balik tertinggal 12-15. Skor semakin jauh, hingga akhirnya mereka menyerah 16-21.
Di game pamungkas, penonton Istora sempat dibuat girang. Saat mereka mampu menyamakan angka di poin ke 20, dan mampu membuat match point 21-20. Sayang, bola drive Vita terlalu mendatar hingga gagal menyeberang net, 21-21. Asa kembali terkumpul, saat mereka memimpin 22-21, tetapi Thailand lebih beruntung, pasangan Savitree Amitrapai/Saralee Thoungthongkam meraih tiga angka berturut-turut, kubu merah putih tertunduk 22-24.
“
Inilah hasil terbaik kami, meskipun kami memang kalah, tetapi secara keseluruhan anak-anak sudah tampil baik,” ujar Maria Fransisca, manajer tim.
Nomor beregu putri sendiri memang tidak diandalkan untuk menorehkan emas. Tetapi penampilan tim merah putih di final tentu patut diacungi jempol. Mengenai pemilihan komposisi ganda, Christian Hadinata, koordinator pelatih tim nasional mengungkapkan bahwa komposisi ini adalah yang terbaik.
“
Kami memang mengandalkan di sektor ganda, ini merupakan strategi kami agar Anneke/Nitya menjadi ganda pertama karena kami nilai mereka lebih bisa mengatasi Thailand, hal ini pun terbukti dengan berhaslinya mereka menang dua game langsung, tetapi Vita/Liliyana memang hanya kurang beruntung saja,” ujar Christian.
Prestasi ini menyamai catatan sejarah mereka di SEA Games XXV di Laos 2009, dimana mereka juga harus puas finish sebagai runner up setelah kalah dari Malaysia.