Melalui perjuangan berat, akhirnya Gloria Emmanuelle Widjaya berhasil merebut gelar juara dunia yunior bersama pasangannya, Alfian Eko Prasetya di Taoyuan, Taiwan, kemarin (6/11). Alfian/Gloria menjadi satu-satunya juara dunia yunior dari Indonesia, dan satu-satunya yang tanpa emblem unggulan.
“
Kami senang sekali dan bangga,” ujar Gloria dengan bahagia. “
Kami berbeda klub namun kami membuktikan kalau kami bisa kompak dan menang.”
Alfian/Gloria tidak mendapatkan gelar tersebut dengan mudah. Mereka harus berjuang selama 47 menit sebelum menang 12-21, 21-17, dan 25-23.
Di game terakhir, nyaris saja kemenangan berpihak pada Ronald/Tiara yang sudah memimpin lebih dahulu 20-19, tetapi Alfian/Gloria tak patah arang dan akhirnya berhasil memaksakan deuce 20-20. Setelah itu, kembali Ronald/Tiara yang lebih dahulu game point 21-20, tetapi lagi-lagi Alfian/Gloria mengimbangi. Deuce itu pun akhirnya berakhir saat Alfian/Gloria yang bermain lebih sabar memperoleh tiket ke podium juaranya setelah menang 25-23.
“
Kami belum pernah berpartner sebelumnya. Persiapannya hanya latihan beberapa minggu,” terang Alfian. “
Kami tidak menyangka juga bisa juara.” Alfian/Gloria adalah satu-satunya juara dunia yunior tahun ini yang tidak beremblem unggulan, sekaligus juga satu-satunya yang mengibarkan Sang Saka Merah Putih. Finalis Indonesia di tunggal putri dan ganda putri akhirnya harus mengakui keunggulan lawannya setelah berjuang melalui rubber game. Shella Devi Aulia/Anggia Shitta Awanda kalah 16-21, 21-13, dan 9-21 dari Lee So Hee/Shin Seung Chan (Korsel), sedangkan Elisabeth Purwaningtyas kalah 6-21, 21-18, dan 21-13 dari Ratchanok Inthanon (Thailand).
Gelar juara dunia yunior tahun ini pun di bawa pulang ke Indonesia, Thailand, Korsel, dan Malaysia. Malaysia merebut gelar melalui Zulfadli Zulkifli (tunggal putra) dan Nelson Heg/Teo Ee Yi (ganda putra). (DC)