Prestasi sektor tunggal tanah air memang sempat meredup setelah era Taufik Hidayat berakhir, di tunggal putri, prestasi tanah air pun belum bisa sedominan era Susy Susanti dan Mia Audina. Hal ini pun diakui oleh Liem Swie King, pebulutangkis tunggal putra kebanggaan tanah air.
Pebulutangkis legendaris tanah air, Liem Swie King dalam dua tahun terakhir turut menjadi tim pemandu bakat Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis. Atlet yang memiliki julukan King Smash ini mengaku bahwa keterlibatannya kembali di dunia bulutangkis karena ia merasa ingin menyumbangkan sesuatu kepada bulutangkis di Indonesia.
Kesuksesan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir untuk meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro seakan menjadi babak baru bagi bulutangkis tanah air. Demam bulutangkis melanda tanah air, media pun berlomba membawa Tontowi dan Liliyana ke studio ataupun melakukan wawancara eksklusif.
Banyaknya jumlah peserta yang ikut Audisi Umum Djarum 2015 di kota Jember, membawa harapan bagi Liem Swie King terhadap olahraga bulutangkis Indonesia bisa bangkit kembali. Menurut King kelahiran kota Kudus tahun 1956 ini bahwa acara ini sangat bagus sekali dan belum pernah ada, ini yang pertama di Indonesia dan juga dunia.
Kemeriahan Djarum All Stars 2015 seakan “pecah” saat pertandingan ekshibisi 3 on 3 antara Christian Hadinata/Sigit Budiarto/Edi Subaktiar melawan Hariyanto Arbi/Berry Angriawan/Vita Marissa sebagai laga ketiga eksebisi di penghujung acara.
Mengemban misi untuk lebih memasyarakatkan bulutangkis, Djarum Foundation kembali menggelar Djarum All Stars 2015, dan kali ini Cilegon mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah gelaran yang berlangsung 13 dan 14 Maret kemarin.