Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Jordan yang Tak Bernomor Punggung
19 Maret 2016
Jordan yang Tak Bernomor Punggung
 
 

Nama Michael Jordan sudah terlebih dahulu sohor di dunia olahraga. Nomor punggung 23 pun sangat melekat dalam dirinya. Sejak awal karirnya hingga memutuskan untuk pensiun pertama kali pada tahun 1993, Jordan selalu mengenakan nomor 23. Sederet prestasi berhasil ia raih, termasuk di dalamnya adalah emas Olimpiade yang berhasil ia persembahkan untuk Amerika Serikat di tahun 1984 dan 1992.

Kini, Indonesia pun memiliki Jordan, tapi bukan pebasket, namun pebulutangkis. Pebulutangkis tidak mengenakan nomor punggung. Jordan P – Indonesia, begitu tertulis dalam seragamnya saat bertanding. Praveen Jordan, nama lengkap atlet kelahiran Bontang, 26 April 1993 ini.

Hingga minggu lalu, Jordan berhasil berdiri di podium tertinggi All England, mungkin belum terlalu banyak yang mengetahui bagaimana Jordan mengawali karirnya. (Baca: [All England 2016] Praveen/Debby Rebut Juara)

Lahir sebagai anak pertama pasangan Setiyo Lesmono dan Herlince Sinambela ini memang sepertinya sudah memiliki bakat bermain bulutangkis. Ucok – begitu ia akrab disapa – tak pernah benar-benar serius berlatih diawal karirnya.

 

“Dia itu waktu masih kecil itu nakal, tidak bisa diam, dan waktu kecil itu dia tidak menampakkan kalau dia bisa badminton. Papanya kan pelatih, dia ikut cuma ganggu yang lain, ikut rame-rame, kalau dilatih khusus dia tidak pernah mau dan tidak pernah fokus, cuma ambil raket dan main-main, ganggu seniornya,” ujar sang ibu.

Namun ternyata, Ucok yang tak pernah berlatih serius ini justru bisa meraih gelar juara di PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni).

“Saya pun cukup kaget, kok dia bisa juara satu. Sebelumnya dia bilang sama saya kalau dia masuk final,” tambahnya.

Sulistiyo pun menambahkan bahwa mungkin apa yang menjadikan Ucok bisa bermain bulutangkis adalah sebagai bakat turunan dari sang ayah. Sulistiyo memang pernah menjadi atlet bulutangkis,

“Dulu saya juga atlet bulutangkis, tapi hanya sampai tingkat provinsi, tidak sampai ke nasional,” ucapnya sambil tertawa.

Setelah berhasil menjadi juara di Sekolah Dasar, Ucok kecil pun mulai serius menekuni bulutangkis. Ia mulai berlatih dan memasuki usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia mulai sering terjun di berbagai pertandingan.

“Kebetulan pas SMP sudah sering ikut pertandingan. Selalu ngga sekolah, karena persiapannya banyak, pas turnamen. Sebulan paling Cuma masuk seminggu, akhirnya setelah satu tahun, mah kalau sambil sekolah aku ngga sanggup, karena ga bisa pagi sekolah, siang latihan, belum ada apa-apa dari sekolah,” kenang Herlince.

Herlince pun kemudian bertanya kepada sang buah hati, apakah dirinya ingin sekolah atau bulutangkis. Ucok kecil pun menjawab mantap, ia ingin bermain bulutangkis.

“Saya cari di Jakarta tempat yang ada sekolah dan ada bulutangkis, ada asrama. Jadi biar dia tidak kemana-mana karena kan masih kelas satu SMP. Papanya sudah bilang di bulutangkis saja, tapi waktu itu saya masih ingin kalau Ucok juga sekolah,” tambahnya.

Empat tahun Jordan berlatih di salah satu klub di Jakarta sebagai pemain tunggal sebelum akhirnya pada tahun 2008, salah satu pelatih sekaligus pemandu bakat PB Djarum, Ade Lukas menawarkan Jordan untuk bergabung bersama PB Djarum untuk bermain ganda.

Jordan pun semakin serius menekuni olahraga yang dicintainya ini, sampai akhirnya sekolah pun menjadi nomor dua. “Saya waktu itu bilang sama Jordan, ini kemauan kamu, kalau memang mau bulutangkis, bulutangkis yang serius. Doakan apa yang kamu kerjakan, kerjakan apa yang kamu doakan,” ujar Herlince.

Darah seorang olahragawan memang sepertinya sudah mengalir di darah Ucok. Sang ayah yang memang mencintai bulutangkis dan saat ini masih aktif melatih bulutangkis di Bontang, ditambah lagi sang kakek dari keluarga besar ibunya adalah seorang petinju dan binaragawan menjadi salah satu faktor yang menjadikan siapa Praveen Jordan hari ini. (Baca : Ini Rahasia Dibalik Nama Praveen Jordan)

Dukungan keluarga yang selalu hadir di masa-masa sulit dan bahagia tentunya menjadi penguat bagi Jordan untuk bisa terus bersaing. Sampai akhirnya bisa menjadi salah satu kebanggaan negeri ini, dan salah satu pencetak sejarah bulutangkis dunia. (RI)